SMKN 4 Padang

Hendra Sardi, alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Negeri asal Magek, Kamang, Bukittinggi kelahiran Jakarta 31 Agustus 1972 itu kembali mengangkat corak realisme dengan tema-tema sosial kekinian yang diresponnya dari pengalaman penjelajahan wilayah kreativitasnya.

Selain karya-karya lama, pada pamerannya ini setidaknya ada beberapa karya Hendra Sardi terbaru yang ditampilkan yang mengangkat peristiwa "Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami"? yang menimpa Nangroe Aceh Darusallam dan Sumatera Utara tanggal 26 Desember 2004 lalu yang dikemas dalam wujud estetis dan artistik disana-sini.

Mengapa Hendra Sardi mengangkat tema Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Nangroe Aceh Darusallam dan Sumatera Utara sebagai bahasa utama dalam kerja lukis-melukis yang dilaluinya ? Kita dapat menduga, bahwa persoalan keseharian yang terjadi ditengah-tengah masyarakat tak akan lupur dari pengamatan pelukis.

"Yang jelas semua itu, merupakan pesan moral seniman kepada publik dan penikmat karya lukis sekaligus suatu bentuk rekaman sejarah terhadap peristiwa yang cukup memilukan dan menyedihkan yang menimpa warga tetangga kita di Nangroe Aceh Darusallam dan Sumatera Utara dengan ratusan ribu korban jiwa, ujar Hendra Sardi menjelaskan".

Menghayati Peristiwa

Menciptakan karya lukis yang menggambarkan peristiwa-peristiwa tertentu, baik langsung maupun tidak langsung bagi pelukis jelas merupakan suatu bentuk penghayatan terhadap apa yang terjadi dalam peristiwa dimaksud. Apapun penghayatan akan suatu peristiwa seperti yang diangkat Hendra Sardi melalui karya dengan penggambaran bagian dari peristiwa Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Nangroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara itu, baik saat kejadian berlangsung, sesudah kejadian usai paling tidak secara hakiki akan terasa aktualitas dan emosional refleksi pelukisnya dalam ruang dan waktu. Lihat karya lukisnya yang bertutur tentang peristwa bencana Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang direfleksikan dalam bahasa estetis dan artistik yang dikemasnya.

Dalam kecendrungan realisme yang digeluti Hendra Sardi, seperti yang banyak digeluti para seniman terkemuka, Hendra mempergunakan indera penglihatan dengan kesadaran pengamatan atas bentuk yang tidak dibuat-buat begitu saja. Lihat peristiwa sosial yang lain direkam pelukis ini melalui sapuan garis, warna-warna tanpa kehilangan nilai greget estetis dalam puluhan karya yang ditampillannya.

Sementara koordinator pameran, Asraferi Sabri, kepada Haluan menjelaskan, pameran tunggal ke 2 bagi pelukis Hendra Sardi suami dari Yurtisnis (27 th) dan ayah 3 (tiga) anak ini yang berlangsung di kota wisata Bukittinggi ini dimaksudkan untuk lebih mengkondisikan peran dan fungsi sebutan Bukittinggi sebagai kota Wisata dengan fenomena peristiwa budaya dan kesenian yang ada di dalamnya.

Ini sekaligus menghapus anggapan kalangan seniman seni rupa, bahwa ajang pameran selama ini hanya bisa dilakukan di kota Padang dengan banyak fasilitas dan insfrastruktur yang mendukung. Bukittinggi dengan fungsi dan tujuannya sebagai kota wisata di tanah air, kini mulai melirik dan mengalihkan perhatian kalangan seniman dan publik seni bahwa Bukittinggi didukung sebutan kota wisata dan didukung banyak penyangga di dalamnya siap menggelar pameran seni rupa kapan saja, ujar Asraferi Sabri menambahkan.

Lukisan Hendra Sardil