Berita / Pendidikan |
Wajib Belajar, Opini Atau Apologi?
Oleh Dr Yahya MPd | ||
| ||
Suka atau tidak suka, disengaja atau tidak, masyarakat akan selalu bersentuhan dengan pendidikan, baik formal maupun non formal. Dimengerti atau tidak, masyarakat akan melihat bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Sebab ilmu, pengetahuan dan keterampilan jarang sekali ditemukan berpindah tanpa suatu proses transmisi dan transformasi. Kemudian paham atau tidak, masyarakat juga pernah mendengar bahwa pendidikan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori human capital menjelaskan, pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi manusia yang menanamkan ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian, nilai, norma, sikap, dan prilaku yang berguna bagi manusia, sehingga manusia tersebut dapat meningkatkan kapasitas kehidupannya. Teori human capital juga memberikan pandangan, bahwa manusia bukanlah tanah, uang tunai, bangunan, atau peralatan, tetapi merupakan peubah yang sangat esensial untuk pengembangan dan pertumbuhan manusia dan ini telah mulai diterima pada akhir abad ke-20. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menggiring manusia menemukan dirinya berada dalam kerangka pengetahuan. Manusia sebagai pengkaji, sebagai pengguna dan juga sebagai objek, dengan demikian tidak bisa dipungkiri manusia merupakan suatu perangkat yang dapat dikelola untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik atau dalam ekonomi, dapat dikatakan bahwa manusia dapat dimanipulasi untuk meraih keuntungan. Sebaliknya semua aset selain dari manusia adalah sumber daya bersifat statis, pasif, yang menghendaki aplikasi manusia untuk menghasilkan harga dan nilai. Teori human capital juga menegaskan, bahwa kunci dalam mempertahankan kehidupan perlu analisis, kritis dan sintesis untuk memaksimalkan aspek kognitif, apektif dan psikomotor. Jelas bahwa manusia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengelolaan kehidupan baik perorangan maupum lembaga. Malah organisasi pencari keuntungan (profit) maupun nir-laba (non-profit) selalu berupaya melakukan perubahan, bukan hanya karena kebutuhan sistem secara intenal, tapi juga karena tekanan eksternal. Artinya bahwa salah satu keuntungan lain modal manusia adalah kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai situasi dan tempat. Untuk pertama kali dalam sejarah peradaban manusia, manusia mampu menciptakan jauh lebih banyak informasi dari yang dapat diserap oleh manusia, untuk meningkatkan interdependensi yang sangat besar dari yang pernah mampu dikelola manusia, dan mempercepat perubahan jauh lebih cepat dari kemampuan manusia mengikutinya. Hal ini terjadi karena olah pikir manusia yang secara terstruktur dan berkesinambungan berupaya memaksimalkan fungsi otak, dan ini adalah tugas pendidikan. Berperannya pendidikan dalam memaknai kehidupan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, mengisyaratkan sejumlah asumsi. Pertama, pendidikan harus dikelola sesuai dengan kaidah pelayanan pendidikan yang adil, merata, dan berkelanjutan. Jadi tidak dilepas tanpa kontrol atau dikelola dengan kungkungan ideologi tertentu. Kedua, sistem dan keadaan perekonomian yang ada dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi dan kapasitas keluaran pendidikan dalam berbagai bidang dan segmen. Ketiga, sistem pendidikan yang ada harus dapat menghasilkan output pendidikan, khususnya lulusan, yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat, baik pengetahuan dan keterampilan maupun sikap dan perilaku, baik jumlah maupun jenisnya. Asumsi ini juga harus diikat dengan komitmen politik yang dapat dielaborasi ke dalam jabaran operasional pembiayaan, kurikulum dan pengelolaan yang profesional. Biaya Pendidikan Biaya pendidikan merupakan issu yang menarik dan kontroversial untuk didiskusikan, sebab pendidikan adalah "?milik umum"? (public goods) yang direduksi dari kepentingan pribadi (privat goods). Artinya nilai balik (rate of return) suatu pendidikan dalam bentuk kematangan berfikir, kematangan berperilaku, kematangan berpolitik dan kematangan lainnya akan dinikmati bersama-sama, seluruh anggota masyarakat bangsa dan negara di samping keluarga dan pribadi. Oleh sebab itu kebijakan yang terkait dengan pembiayaan pendidikan selalu mendapat respons dari masyarakat. Dapat difahami bahwa pendidikan merupakan investasi yang membutuhkan pengorbanan, baik waktu, tenaga dan biaya. Biaya yang dikorbankan dapat berupa fasilitas, fisik maupun biaya operasional. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan terutama di sekolah tidak akan efektif. Biaya (cost) pada pendidikan memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang), misalnya, iuran siswa adalah jelas merupakan biaya, tetapi sarana fisik, buku dan guru adalah biaya. Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh, dialokasikan dan dikelola merupakan kajian pembiayaan pendidikan. Kajian pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro maupun mikro, dikenal beberapa kategori biaya pendidikan. Pertama, biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah, misalnya biaya hidup siswa, transportasi ke sekolah, jajan, dan kesehatan. Kedua, biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar. Ketiga, biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost).Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga dengan pengeluaran rumah tangga. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiaya pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah pada dasarnya termasuk biaya sosial. Biaya pendidikan merupakan salah satu sumber yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan biaya secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sumber biaya merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan. *Penulis adalah Dosen Seni Rupa, Pascasarjana UNP, Ketua Educational Management System Watch (EMSW) Sumber : http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=149 | ||
Berita Pendidikan Lainnya | ||
|