SMKN 4 Padang

Keterbatasan dalam mendeterminasi atau menentukan setiap material, merupakan suatu proses dialegtik dalam kegiatan kreatif dan simpati seniman untuk memenuhi kebutuhan ekspresi dan artistiknya. Perkembangan karya seni yang beraneka ragam dari penggunaan material maupun daya kreasinya itu, merupakan sikap dari kebebasan yang ada pada pribadi seniman. Ditampakkan oleh suasana yang ada di lingkungan hidupnya.

Seniman adalah manusia kreatif. Bagaimana seniman mencipta?. Dengan memberi bentuk dan nafas kepada material. Material apa ?. segala material yang bisa ia dapat dan diperoleh. Kalau dia bisa membunuh binatang, maka materinya adalah tulang-tulang, gigi-gigi dan kulit binatang itu. Kalau kerjanya sehari-hari keliaran di hutan, maka ia pakai batu tempat ia tiduran. Kalau ia kurang puas dengan batu, maka ia bikin tembaga, besi, gelas, dan beton, maka terus cari, terus perbaiki bahan-bahan dan alat-alat yang melengkapi kebutuhannya. Dengan begini manusia memperjuangkan hidupnya. Lihatlah sejarah kebudayaan di seluruh dunia dan kagumilah usaha seniman yang telah mencoba daya kreasinya kepada segala material yang dapat direnggut dari alam dan dari hasil industri maju.

Pada masa kini dunia menyediakan material-material yang tak terbilang jumlahnya. Tetapi pilihan kita terhadap material bukanlah masalah kesempatan. Tiap-tiap material memiliki kemungkinan-kemungkinan dan keterbatasannya. Adalah bagian dari aktivitas kreatif seniman untuk menentukan apakah materialnya cocok untuk pengekspresian dari konsepnya dan secara teknik apakah mampu menanganinya dalam menentukan bentuk.

Dalam hal ini material mentah mendeterminasi teknik dalam penciptaan suatu karya seni. Batu atau marmer harus dipahat. Besi atau tembaga harus dilas. Tanah liat dibutsir, cat dapat menggunakan kuas, pisau palet, dipelotot langsung dari tube atau disemprot, tetapi tak dapat diberdirikan. Pengetahuan teknologi dan daya guna material akan menentukan prinsip-prinsip penciptaan karya seni. Misalkan suatu lukisan fresco harus dikerjakan dalam waktu singkat untuk menghindari keringnya plester, sedangkan dalam cat minyak tidak terikat dalam pengerjaan oleh waktu. Keterbatasan-keterbatasan ini bisa disebabkan oleh hal-hal yang bersifat teknik semata-mata, atau mekanis, tetapi bagaimanapun semua adalah basis dari kreasi artistik dan harus dianggap sebagai sesuatu yang mutlak dalam seni.

Aktivitas kreatif dengan setiap material dalam setiap bidang menyumbangkan pengharuman jiwa dan martabat kita sebagai bangsa. Seperti kita ketahui tulisan Popo Iskandar sebagai berikut “ tidak dapat disangkal lagi, bahwa seorang seniman yang kreatif membutuhkan kesan-kesan dan rangsangan-rangsangan yang baru, jika ia tidak mau tenggelam dalam lingkaran pengulangan yang membosankan jiwa, maupun penjernihan ide, untuk mulai melukis bukanlah semata-mata tapi diatas segala-galanya”.

Karya seni merupakan aktivitas kreatif manusia kreatif. Kehidupan manusia selalu diliputi rasa kurang puas. Hal ini menyebabkan timbulnya usaha menciptakan sesuatu yang baru. Demikian pula dalam kehidupan seorang seniman. Dia selalu terus berusaha untuk menciptakan karya seni yang baru dan lebih baik dari karya seni yang telah lau. Juga usaha untuk mencari dan memperbaiki bahan dan alat-alat lain, dengan simpati terhadap material guna melengkapi kebutuhan dalam mencipta karya seninya.

Pada setiap gejala penciptaan karya seni dalam perkembangannya akan bisa dirasakan, bahwa di luar negeri banyak terdapat pelukis-pelukis yang mempunyai nama baik, disebabkan kecakapan dalam menggunakan setiap material untuk menciptakan lukisannya. Tetapi bisa dilihat pula, bahwa di dalam negeri banyak pula pelukis yang mempunyai nama baik dikarenakan kecakapannya mempergunakan segala macam material untuk melukis. Hasrat dan simpati terhadap material ini menjadi pendorong yang paling inti dari suatu proses dialektik, dalam mentransformir konsep dan ide seniman.

Seniman dapat mengetahui kekuatan material karena tidak hanya simpati, akan tetapi mencintai segala sifat material itu yang diketahuinya sedikit demi sedikit dari masa ke masa melalui banyak eksperimen. Juga ada hasrat daya khayal dan keyakinan serta kemampuan untuk memberi bentuk kepada material itu.

Dalam keadaan mentah atau pra-seni, material seharusnya merupakan barang tidak bernafas. Tetapi bagi seniman sejati setiap material yang disukai yang mengandung harapan-harapn atau potensi-potensi yang hidup. Fadjar Sidik mengatakan, mencipta seni adalah menghidupkan barang mati dalam arti bahwa bentuk seni itu bisa menggerakkan kita atau membuat kita mengalami sesuatu yang bersumber kepada hidup. Banyak macam material telah digunakan seniman, macam-macam kemungkinan dari setiap material telah dicoba.

Di banyak tempat hasil-hasil amat mengagumkan walaupun alat-alat yang dipakainya terlalu sederhana. Memang alat-alat dan material yang dipakainya merupakan barang mati, tetapi berguna. Kalau kita lihat karya seni lukis batik dan karya seni kolase, akan dirasakan bagaimana seorang seniman seni lukis mengatasi kementahan material dan kesederhanaan alat-alatnya.

Para seniman mengetahui semua ini karena rasa simpati untuk benar-benar menguasai karya seniman, serta timbulnya semacam dialektik yang bisa berbeda-beda berhubung dengan adanya bermacam-macam sifat material.

Akibat timbulnya sains dan teknologi tak bisa dibatasi tentang kebebasan ekspresi lewat material. Seniman bebas menentukan pilihan material untuk mencipta karya seninya. Seniman perlu bersikap simpatik terhadap segala macam material, berarti ikut memperbaiki dan mempertinggi mutu dengan pikiran maupun perbuatan.