Seni Lukis Islam di Tengah-tengah Seni Lukis Moderen

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh muharyadi
Selasa, 08 Desember 2009 10:24:20 Klik: 5111

Anggapan keliru selama ini selalu mengemuka disebagian masyarakat kalangan Islam yang mengatakan, terkesan sangat tertutup untuk kegiatan kesenian, apalagi seni lukis yang menggambarkan makhluk hidup seperti manusia, binatang dan lainnya, tanpa melihat dulu tujuan dan fungsi serta nilai-nilai estetika karya yang terkandung didalamnya di tengah-tengah masyarakatnya.

Pernyataan ini bukan hanya terjadi di Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam, disejumlah negara maju dan timur tengah anggapan yang sama juga pernah mengemuka hingga timbul istilah ada kegersangan dalam bidang seni rupa terutama seni lukis apalagi dunia seni patung dengan obyek-obyek bernyawa semisal manusia dan makhluk hidup lainnya.

Namun begitu, pendapat keliru serta kebuntuan berkarya seni rupa ditengah-tengah penduduk muslim dunia, akhirnya lambat laun terjawab juga dimana sejak tahun 1985 seperti yang pernah dicatat para ahli Negara Arab Saudi yang berpenduduk mayoritas muslim akhirnya membuat kejutan besar dalam bidang seni rupa melalui rumah-rumah yang mereka bangun disertai arsitektur kontemporer tanpa meninggalkan “kekhasan” Arab Saudinya dan interior yang tidak tanggung-tanggung yang dikerjakan oleh tangan-tangan artistik dari Eropa diperkaya lukisan-lukisan yang bergantungan mulai dari karya pelukis besar Victor Vasarelly hingga karya-karya pelukis Arab Saudi sendiri.

Dari catatan sejarah yang ada, kemudian juga terjadi kejutan luar biasa dan mencengangkan di Negara timur tengah tersebut manakala ketika berdirinya patung-patung di lokasi atau tempat-tempat strategis di kota Jeddah, Riyadh menuju ke Madinnah dan Mekkah Al Mukarammah, namun diakui patung-patung tersebut tidak terdapat di Masjidil Harram, melainkan di jalan-jalan dari dan menuju ke Mekkah atau Medinah yang patung-patungnya berharga ribuan dollar bahkan ratusan ribu dollar buah karya Hendri Moore, Padmodoro dan pematung kaliber dunia lainnya untuk menghiasi kota.

Patung-patung tersebut berbentuk non realis walau ungkapannya bertitik tolak dari makhluk makhluk hidup, selebihnya merupakan dalam bentuk bejana-bejana khas Arab Saudi yang dimodifikasi termasuk patung-patung realisme dan kaligrafi. Kita ketahui untuk negara-negara Mesir, Irak, Iran, Syria dan beberapa negara berpenduduk Islam lainnya patung-patung dengan obyek manusia utuh sejak lama sudah ada diantaranya patung “penunggang kuda”.

 

Bukan Untuk Kepentingan Agama

 

Kehadiran karya-karya seni rupa, diantaranya seni lukis, grafis bahkan seni patung di sejumlah Negara Islam seperti diuraikan diatas tentulah bukan dimaksudkan untuk kepentingan agama atau kepercayaan tertentu seperti saat sebelum Renaisanse abad ke XIV dengan gaya Gothic yang ditujukan untuk kepentingan gereja yang melukiskan kehidupan Yesus Kristus, kehidupan bidadari atau hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan agama hingga ke zaman Renaisance abad XV-XVI dengan hadirnya sejumlah seniman terkemuka seperti Leornardo Da Vinci (1452-1564) dengan karyanya yang terkenal berjudul “Monalisa”, Michael Angelo (1475-1564) dengan sejumlah karya-karya pentingnya dan beberapa seniman terkemuka dunia lainnya.

Bila kita menengok sejarah kebelakang dalam berbagai sumber literatur dan sumber tertulis lainnya paling tidak ditemukan bahwa seni lukis Islam diduga mulai berkembang ditandai terdapatnya wilayah Islam masuk dalam daerah jajahan Negara tertentu, maka disitu pula dunia seni lukisnya turut berkembang dengan para senimannya. Kemudian seni murni seperti seni lukis Islam lebih banyak dibuat untuk keperluan sebagai hiasan semata-mata yang diarahkan dalam bentuk ornamen, hiasan buku, permadani, hiasan dinding dan lain sebagainya.

Dari beberapa ilustrasi sejarah peradaban Islam, apalagi dikaitkan zaman Islam masuk ke Andalusia (Spanyol), Turki, India dan lainnya meski sudah terdapat patung-patung apalagi dalam bentuk karya monumental dan lukisan obyek manusia, akan tetapi tidak ada yang menyimpang dari ajaran Islam misalnya melalui eksploitasi penyembahan, membuat manusia ber%@!#$& dan penyimpangan bentuk lainnya. Hal ini pulalah yang menjadi pembeda seni lukis Islam  dengan seni lukis lainnya yang non Islam.

 

Mengumandangkan Keindahan Melalui Kaligrafi Islam

 

Keindahan terus menyertai hadirnya karya seni Islam, apalagi kalau kita melihat karya-karya lukis ornamen yang berangkat dari motif-motif flora yang mengambil obyek-obyek yang ada di alam dan seisinya dengan mengutamakan aspek keindahannya sebagai totalitas wacana isian yang dikemukakan kepada publik seni Islam.

Dalam Al-qur’an yang penuh kisah-kisah indah tersebut paling tidak terdapat 30 ayat tentang keindahan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dan, bila pelukis muslim bertolak dari ayat-ayat Al-qur’an tersebut maka dalam dirinya senantiasa penuh dengan kalimat tauhid setiap saat, maka lukisannya membuahkan hasil yang bernafaskan Islam atau jauh dari bisikan-bisikan syetan. Mengingat pelukis Islam selalu berpegang teguh dengan ayat-ayat Al-qur’an, tentulah yang bersangkutan tidak akan takut atau menunggu dulu komando dari para alim ulama boleh atau tidaknya melukis atau membuat lukisan sebagai karya sejauh jelas tujuan, fungsi dan sasarannya serta tidak menyimpang dari ajaran agama Islam seperti yang terkandung dalam Al-qur’an.

Namun tentulah akan jauh lebih berarti dan bermakna bila seniman lukis Islam dan para alim ulama yang ada dapat seiring dan sejalan dalam membentuk opini yang tidak menyimpang sesuai ajaran Islam terhadap karya-karya lukis yang dihasilkan melalui wilayah kreativitas dan penjelajahan senimannya yang dengan sendirinya seniman Islam tidak ketinggalan dari aspek bentuk-bentuk karya dan nilai-nilai estetika yang ada di dalamnya dengan hasil karya seniman non Islam.

Di Indonesia sendiri seni Islam berkembangan selain ditandai hadirnya sejumlah arsitektur dengan interior pada mesjid-mesjid terkemuka di tanah air, juga hadirnya dalam bentuk-bentuk ornamen yang mengambil mortif-motif flora bahkan fauna yang distilasi dari aspek bentuk-bentuknya diberbagai tempat dan lokasi yang setiap saat menampilkan nilai keindahan, juga ditandai maraknya perkembangan seni lukis kaligrafi Islam.

Walau diakui belum berumur panjang kehadiran seni lukis kaligrafi Islam dengan seniman-seniman terkemuka yang ada di tanah air sejak 30 tahun silam persisnya saat pameran kaligrafi Islam melalui Musabaqah Tilawatil Qur’an di Semarang, Jawa Tengah saat pameran pertama digelar tahun 1979 yang kemudian berlanjut seiring kegiatan MTQ tersebut yang setiap saat digelar diberbagai propinsi di tanah air. Lantas kemudian berbagai diskusi pun bermunculan dengan pertanyaan mendasar yang muncul seperti dikemukan Soedarso, SP saat itu, apa dan bagaimanakah seharusnya seni lukis kaligrafi Islam itu sendiri?

Maka dari berbagai silang pendapat dan diskusi masalah kaligrafi sejalan kegiatan pameran seni lukis kaligrafi Islam adalah soal batasan antara  seni kaligrafi dan seni lukis kaligrafi. Artinya seni kaligrafi lebih tertuju pada seni tulis indah, sedangkan seni lukis kaligrafi adalah yang menggunakan kaligrafi sebagai unsur utamanya. Perbedaannya, seni kaligraf tidak mempunyai tugas lain kecuali mengekspresikan arti yang dikandungnya, sementara seni lukis kaligrafi maka tulisan disini berfungsi sebagai unsur disain dalam lukisan, bahkan bisa menjadi tekstur dan bahkan menjadi bagian lukisan yang ingin ditonjolkan sebagai centre of interest dengan berbagai teknik yang selama ini mewarnai kancah seni lukis kaligrafi Islam di tanah air dari berbagai angkatan periodesasi seniman yang terlibat di dalamnya.

Kecendrungan selama ini dalam seni lukis kaligrafi Islam huruf-huruf yang dimanfaatkan adalah huruf Arab yang terkenal akan fleksibilitasnya untuk menyesuaikan diri dengan kehendak pelukisnya, misalnya dalam mengisi bidang-bidang persegi panjang, bulat serta bentuk-bentuk lainnya atau mungkin untuk direntang, diliukkan tanpa mengubah arti, fungsi dan makna huruf-huruf Arab itu sendiri dengan beberapa gaya dan corak seperti huruf-huruf kufis, tsuluth, naskhi, farisi yang memiliki karakter sendiri-sendiri. ***

 Muharyadi, pendidik, pengamat masalah seni dan jurnalis tinggal di Padang

 

 

 
Berita Budaya Lainnya

Video Pilihan


Kucing Ayu Asri

DESAIN INTERIOR SMKN 4 PADANG SIAP PASARKAN PRODUK ...

Wooden Boy - Film Animasi karya siswa SMKN 4 Padang

Film Animasi No Mercy Karya siswa SMKN 4 Padang

Official Trailer Surga Untuk Mama

PAMERAN INTERIOR DUA SEKOLAH PUSAT KEUNGGULAN RESMI ...

Tutorial Sketchup membuat Desain Bangku/Kursi Untuk ...

Peringatan Hari Ulang Tahun SMKN 4 Padang ke 57
Login
Username:

Password:

  Registrasi?
Advance
Selamat Datang :
Guest(s): 0
Member(s): 0
Total Online: 0
NISN
test