Kebutuhan Makan Lebih Tinggi Dari Nilai-nilai ?

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh H. Am. Y. Dt. Garang
Selasa, 10 Mei 2005 16:39:16 Klik: 1722
Menyimak beberapa tulisan pengamat, pemerhati senirupa tentang perlunya Museum Senirupa refresentatif di Sumatera Barat sejak Selasa, 1 Februari sampai dengan 19 April 2005 lalu, banyak hal yang dapat dipetik sebagai bahan pertimbangan oleh kalangan terkait, terutama para pengambil kebijakan di daerah ini.

Pemikiran yang telah mengemuka pada dasarnya adalah sama, yaitu perlunya museum senirupa di Sumatera Barat. Walaupun mempunyai pemikiran yang sama, namun masih terdapat beberapa perbedaan yang bersifat redaksional sesuai cara pandang masing-masing. Menurut hemat saya hal demikian bukanlah sesuatu yang bersifat pro dan kontra, melainkan sebagai keragaman pemikiran sesuai latar belakang dan cara pandang masing-masing.

Namu demikian, persoalan saat ini adalah tidak adanya tanggapan dari pihak-pihak terkait tentang pemikiran yang mengemuka, misalnya dari kalangan eksekutif (pemerintah) propinsi, Kabupaten/Kota pada umumnya, Museum, Taman Budaya khususnya dan pihak legislatif (DPRD) di daerah ini.

Wacana yang dikemukakan sepertinya hanya suatu pemikiran lepas yang tak perlu direspon oleh siapapun. Ironis bahkan menyedihkan memang ! Apa mungkin beliau-beliau itu tidak punya waktu untuk membaca media koran kesayangan kita ini (Haluan-pen) atau mungkin merasa pemikiran itu hanya untuk diketahui belaka. Pemikiran tersebut tenggelam dibalik berita gempa bumi dan tsunami dan pilkadal yang sedang hangat diperbincangkan oleh hampir semua orang. Wallahuallam bisawab. Mungkin juga hal demikian dinilai oleh sebagian orang kurang tajamnya sasaran tulisan yang dikemukakan, sehingga tidak jelas harus ditanggapi oleh siapa, barangkali saja.

Sebagai perupa dan pendidik, saya ingin ambil bagian menyampaikan pemikiran dengan harapan ada respon dan perbincangan serius oleh pihak terkait, terutama kalangan eksekutif dan legislatif propinsi Sumatera Barat. Pada kesempatan ini kita tidak perlu lagi membahas apa perlu atau tidaknya keberadaan sebuah museum, karena telah banyak dibahas, dibicarakan dan diperdebatkan penulis sebelumnya.

Inti dari semua tulisan sebelumnya mengharapkan sungguh agar di Sumatera Barat ada sebuah tempat memajang koleksi karya senirupa terpilih "? maaf saya belum mau menyebutnya sebagai karya masterpiece "? yang merupakan bukti keberadaan perupa di Sumatera Barat sebagai penyumbang atau koleksi pemerintah propinsi, kabupaten/kota dalam kehidupan kesenian di tanah air.

Sejak era tahun tujuh puluhan sudah beragam pemikiran kearah berdirinya museum senirupa dan kesenian lainnya di media lokal dan berbagai diskusi. Namun pemikiran tersebut lepas saja seiring usangnya koran ditangan pembaca. Seperti saya kemukakan diatas bahwa pemikiran yang telah mengemuka sejak tahun tujuh puluhan tidak atau belum membuah hasil dan penampakkan yang sesungguhnya, tentu ada jurang yang menghalanginya sampai kesasaran atau pemegang kebijakan. Hemat saya persoalannya hanya satu yaitu pemegang kebijakan pembangunan belum merasa perlunya didirikan museum senirupa di ranah Minang ini, karena masih banyak yang perlu dilakukan selain museum. Betapapun keras atau lantangnya suara teman-teman seniman dan bahkan tajamnya tulisan rekan-rekan para jurnalis bidang seni dan budaya di media massa, belum berarti apa-apa seperti terkesan selama ini.

Kebutuhan Makan Lebih Tinggi Dari Nilai-nilai ?

Kegiatan pembangunan fisik masih menjadi skala prioritas, sementara pembangunan nilai-nilai (termasuk pembangunan museum senirupa) belum perlu dan masih jauh dari kebutuhan ?

Ada seorang kakek mengatakan, bahwa pembangunan fisik sama dengan kebutuhan makan, sedangkan pembangunan nilai sama dengan kebutuhan untuk istirahat dan tidur. Ketika orang masih memikirkan makan dan tidak akan memikirkan bagaimana istirahat dan tidur. Orang tidak akan makan atau belum puas makan tidak akan memikirkan dimana dan bagaimana dia istirahat dan tidur. Sebab makan kebutuhan pertama dan utama, sedangkan istirahat dan tidur kebutuhan yang tidak utama.

Untuk makan orang pontang-panting mencari nafkah, bahkan kalau harus memilih daripada berkelahi dengan perut agar makan, orang tidak takut berkelahi dengan orang lain. Sementara tidur dapat dilakukan dimana saja, di bis kota, di kereta, di kantor bahkan di kursi sidang pun yang sedang membahas masalah-,masalah besar orang bisa tidur, sehingga tidak perlu lagi adanya bangunan untuk tidur. Orang kita sangat membutuhkan makan, baik orang yang lapar maupun orang kenyangpun sebagian tidak perlu merasa kenyang dan selalu ingin makan. Orang lapar akan memikirkan apa yang akan dimakan, karena tidak ada persiapan makanan. Orang yang punya makanan cukup akan memikirkan makan apa kita, karena sudah ada pilihan makanan. Orang yang cukup makan dan sudah makan kenyang memikirkan siapa lagi yang akan di makan ? Artinya pemikiran kita mungkin masih berputar sekitar makan dan makan terus. Inilah pendapat kakek yang saya ilustrasikan disini.

Museum Ibarat Istana Hati Kedamaian !

Museum diibaratkan (salah satunya) sebagai tempat tidurnya karya seni dan tempat beristirahatnya pemikiran manusia dari hiruk pikuknya rutinitas pekerjaan. Suatu ketika kita datang ke museum menyaksikan keragaman karya yang terpajang, pemikiran kita akan beristirahat atau berkelana ke alam yang penuh pesona dan dapat menenangkan tekanan yang menghimpit sebelumnya. Museum juga dapat berperan sebagai istana hati (museum) dalam mencari kedamaian, ketenangan dan kenyaman. Ketika orang belum akan memikirkan pembangunannya dan pemikiran-pemikiran orang lain kearah itu akan lepas saja bahkan dianggap tidak ada. Mungkinkah kita akan mampu sekarang membangunkan pemikiran orang yang tertidur ditempat makannya ? Kita coba bersama !

Hal-hal yang perlu kita lakukan saat ini adalah melahirkan konsep pemikiran yang lebih kongkrit dan nyata dalam suatu proposal agar terwujudnya museum senirupa. Sebenarnya rancangan tersebut perlu diprakarsai oleh suatu lembaga/institusi terkait dan lebih luasnya pada Dinas Pariwisata dan Budaya Sumatera Barat. Kalau tidak oleh kita-kita ini (para perupa, pengamat/pemerhati senirupa dan teman-teman jurnalis bidang seni dan budaya) melaksanakan pertemuan terbatas untuk :

  1. Merangkum pemikiran yang telah mengemuka, kemudian membentuk tim kecil (Steetring Commiteet) yang terdiri dari para perupa, pengamat/pemerhati dan elemen terkait lainnya untuk membahas gagasan yang telah ada dirangkum kedalam suatu proposal yang jelas dan rinci, baik dasar pemikiran, bentuk, fungsi/tujuan sampai kepada hal-hal teknis seperti kebutuhan sarana dan prasarana lainnya.
  2. Gagasan yang terangkum perlu dibahas lebih mendalam oleh kalangan terkait seperti Pemerintah Daerah untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait. Pihak yang sangat perlu ditemui saat ini adalah Gubernur, calon gubernur yang akan melakukan kampanye. Apakah pemikiran tersebut dapat dipahami dan dijadikan program beliau apabila terpilih nanti memimpin Sumatera Barat 5 tahun kedepan.
  3. Setelah itu pihak yang sangat menentukan adalah kalangan legislatif (DPRD). Bagaimana pun rancangan/program seorang Gubernur, kalau tidak direspon oleh DPRD, niscaya akan hilang begitu saja. Oleh sebab itu tugas meyakinkan pihak legislatif sangat penting dilakukan, karena beliau memegang peranan dalam usul suatu pembangunan pada masa ini.
  4. Melalui museum yang telah ada seperti Museum Adytiawarman, rencana mendirikan museum senirupa tidaklah terlalu sulit. Rancangannya dapat merupakan unit gedung baru atau penambahan ruangan khusus yang diusulkan ke Jakarta tepatnya Departemen Pariwisata dan Budaya RI. Persoalannya adalah kemauan mengurusnya dan kemampuan meloby ke pusat kekuasaan republik ini. Saya kira hal ini merupakan salah satu alternatif upaya, selain mengusulkan ke calon Gubernur dan DPRD Sumatera Barat.

Dan yang tidak kalah menariknya dari upaya lain, siapa yang memulai harus meneruskannya. Saudara Muharyadi telah mengungkit luka lama sejak 1 Februari 2005, sebaiknya bisa memprakarsai penyusunan konsep pemikiran menjadi sesuatu yang lebih kongkrit, bukan berwacana terus. Atau teman-teman sebelumnya. Kita tunggu. Terimakasih.

Catatan Redaksi :

H. AM. Y. DT. Garang, Pendidik, Senirupawan, Pekerja Seni, Penulis, ,A nggota LKAAM Sumbar tinggal di Padang.

 
Berita Aktual Lainnya

Video Pilihan


Masjid Tuo Kayu Jao - masjid tertua di Indonesia

Upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ...

SMK PK Skema Pemadanan “ Kolaborasi Pendidikan Vokasi ...

Cara Siswa Baru Daftar Ulang Memasukan Biodata Di Sisfo ...

YANG TIDAK HIJAU - SHORT MOVIE

MPLS SMKN 4 PADANG

Terakhir - VideoClip

Multimedia SMK N 4 PADANG lounching film karya siswa ...
Login
Username:

Password:

  Registrasi?
Advance
Selamat Datang :
Guest(s): 0
Member(s): 0
Total Online: 0
NISN
test